![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHlYsfTD9rhrLazZ9e-guIh3sY0mi4Gknhq0BcL-M02KQOSNoMrMbTzLRuYIZUl6ydNFn08zPzxBVmUU97dvnb3dSqWsF5qPBuUzoelQ5jnSs-Ge5etwX5gTYSdaLtqe5K0c1drkzs_jc/s320/intensity.jpg)
Saat itu pada tanggal 30 September 2000, pukul 17.18 (waktu menurut HP saya) Saya baru saja selesai menjelaskan Product type sebagai Item, Resource, Service dan Expense yang merupakan bagian pembahasan tentang Bab 4 Product ketika tiba tiba tanah bergerak bergelombang, dinding dinding bergetar, dan segala sesuatu yang tergantung bergoyang goyang kencang. Seketika kami sadar bahwa sedang terjadi Gempa. Orang orang Padang yang sudah sangat akrab dengan kejadian gempa dan bahkan pernah mendapatkan latihan evakuasi Tsunami, serta merta berhamburan keluar gedung, sayapun beruntung karena ketika memberikan training tempatnya tidak jauh dari akses pintu keluar.
Sesampai diluar gedung, tampak puluhan pengendara sepeda motor sudah jatuh terpelanting dari kendaraannya. Mobil mobil pada berhenti dan bergoyang goyang sendiri. Dari pengamatan saya, masyarakat padang sudah cukup mengerti bagaimana menghadapi gempa, mereka berlari ke jalan dan langsung jongkok atau duduk, saya sendiri yang baru pertama kali mengalami gempa seperti ini sempat terpelanting kekanan dan kekiri karena tidak berusaha untuk jongkok/duduk, baru kemudian mengikuti mereka setelah saya diingatkan oleh kawan saya agar duduk saja di aspal jalan.
Beberapa saat gempa berhenti setelah kira kira 30 detik, namun selang 1 detik kemudian datang lagi dengan kekuatan yang jauh lebih besar, dan kali ini diiringi dengan asap dan debu yang (mungkin)berasal dari gedung gedung yang sudah mulai pecah betonnya atau dindingnya. Gempa yang kedua ini sangatlah kuat sehingga menjatuhkan apa saja seperti meja, kursi, lemari dll serta untuk yang diluar gedung termasuk semua sepeda motor yang diparkir dipinggir jalan. Dan Gedung gedung yang tidak mampu menahan goncangan kuat tersebut, satu demi satu Rontok. Ruko yang tadinya 3 lantai tinggal tersisa 1 lantai atas (membenamkan 2 lantai dibawahnya), Gedung yang terbelah atau miring sebelah. Ada juga saya lihat sebuah gedung yang atapnya sudah berada ditanah, membenamkan lantai dan isinya. Dalam hitungan saya ada puluhan ruko dan gedung (atau mungkin ratusan) yang ambruk dan hancur. Keadaan ini diperparah dengan mulai terbakarnya beberapa gedung besar dan beberapa ruko, sehingga asap hitam membumbung dimana mana, kebakaran mengakibatkan akses jalan tetutup (oleh api dan puing2).
Masyarakat Padang yang sudah terbiasa menghadapi Gempa, dan bahkan pernah mendapatkan training menghadapi bencana Tsunami, saat itu langsung serta merta bergerak menjauh dari Kota (Kota Padang terletak dipinggir laut). Ada yang menggunakan Mobil, Motor atau bahkan hanya berlari. Dan dalam waktu kurang dari setengah jam, jalanan sudah sepi, tidak ada lagi orang yang tersisa meskipun masih nampak 1-2 orang yang mungkin berusaha menjaga rumah atau harta benda mereka.
Jadilah saya seperti orang hilang di kota yang tidak saya kenal (karena baru pertama kali datang ke Padang), ditengah2 reruntuhan bangunan/gedung yang ambruk mengubur siapapun dibawahnya, dan berada di lokasi dengan jalan jalan yang aksesnya banyak tertutup api dan asap yang berasal dari gedung yang terbakar, tanpa bisa menghubungi siapa siapa...
bersambung..